My first online experience? Kening saya mungkin akan mengernyit untuk menjawabnya karena barangkali saya harus membuka-buka kembali lembar demi lembar catatan sebelas tahun silam. Ya, pertama kali saya going online kira-kira bersamaan dengan masa-masa pahit dan getirnya negara kita, Indonesia, melalui krisis keuangan yang kemudian berubah menjadi krisis politik. Saya kira banyak orang Indonesia pertama kali bersentuhan dengan internet juga sekitar tahun-tahun tersebut. Bahkan, situs berita online detikcom pun juga lahir 11 tahun silam!
Pertama kali online bagi saya seperti memasuki dunia baru: dunia ketika isi dan tampilan komputer saya tidak lagi melulu berkaitan dengan pekerjaan atau tugas sekolah. Seketika layar monitor saya yang semula cuma menampilkan program pendukung pekerjaan administratif semacam Microsoft Word, Microsoft Excel, atau program untuk kegiatan kreatif semacam Adobe Photoshop, Macromedia Freehand, dan lain-lain, tiba-tiba berubah menjadi “berwarna” dengan tampilan online karena terhubung melalui jaringan Internet dengan situs tertentu yang tersimpan di sebuah server nun jauh di sana.
Terus terang agak kampungan juga saya kala itu; senang sekali melihat banner ads di dalam situs yang berkedap-kedip atau berubah-ubah seperti menari-nari di layar komputer saya. Biasanya banner itu yang saya gunakan sebagai tanda apakah komputer saya sudah terhubung ke dalam jaringan atau belum. Meskipun proses pemuatturunan (baca: downloading)-nya cukup untuk dipakai membuat mie instant, hati terasa gembira manakala sudah terhubung dengan situs berita semacam Yahoo! atau MSN yang sudah cukup merajai dunia maya ketika itu.
Segera saja saya membuat akun email di Yahoo dan Hotmail. Kala itu pun, saya sudah cukup kesulitan mencari ID pengguna (user ID) sesuai dengan yang saya inginkan karena sudah banyak alternatif ID pengguna yang keduluan digunakan orang lain. Maklum, meskipun internet baru diperkenalkan kepada publik di Indonesia pada paruh kedua dasawarsa 1990-an, sudah banyak orang Indonesia di luar negeri yang memanfaatkannya. Jadi, merekalah mungkin orang-orang pertama yang menikmati keleluasaan membuat akun email sesuai dengan keinginan mereka.
Saya masih ingat pada masa awal-awal saya berkenalan dengan internet, sistem yang digunakan masih bersifat dial-up atau menghubungi nomor telepon tertentu untuk terhubung dengan jaringan internet. Beberapa penyedia jasa layanan internet awal di Indonesia, seperti rad.net, indo.net, dan melsa.net, menyediakan layanan berlanggan kepada publik dengan sistem tersebut. Kecepatannya? Jangan ditanya. Kadang-kadang saya melakukannya sambil memasak nasi goreng untuk menunggu waktu bisa tersambung dengan internet. Meskipun begitu, itu sudah menyenangkan hati saya dan banyak orang lain ketika itu: era ketika informasi tersedia sampai ke depan meja kita benar-benar telah tiba! Menyusul maraknya layanan perintis internet di Indonesia, selang beberapa saat kemudian, beberapa penyedia konten pun bermunculan. Umumnya berupa situs berita dan portal online. Beberapa di antaranya tenggelam dan tak terdengar lagi kiprahnya seperti Astaga! dan satunet, tetapi sedikit di antara mereka masih tetap eksis hingga sekarang, misalnya detikcom.
Kegiatan yang mengasyikkan dengan kehadiran internet jelas cukup banyak selain hanya bertukar kabar melalui email. Chatting atau mengobrol melalui jaringan internet jelas sebuah daya tarik baru di dalam internet. Meskipun saya belum pernah ikut chatting menggunakan mIRC, pengalaman chat pertama saya justru melalui sebuah portal yang kini tidak lagi eksis: bolehcom. Di sana saya berkomunikasi dengan beberapa orang, bahkan beberapa di antaranya sering bertemu melalui ruang chat tersebut. Segala halangan psikologis memang menjadi hilang ketika menggunakan media chat karena saling tidak bertatap muka dan tidak saling mengenal. Namun, akibatnya kita pun tidak bisa mengenal lebih lanjut lawan chat kecuali julukan atau nickname-nya.
Merasa jenuh dengan chat model demikian, saya mulai menggunakan perangkat lunak messenger dari Yahoo dan MSN untuk berkomunikasi dengan teman-teman yang saya kenal. Terdorong oleh situasi saya tinggal dan studi di luar negeri, untuk tetap saling menjaga hubungan dengan teman-teman, saya menggunakan perangkat tersebut hingga sekarang. Jika awalnya dulu kita hanya bisa mengirimkan pesan ortografis, kini messenger dapat menggunakan pelbagai fasilitas di antaranya chat dengan suara dan video, berkirim file, berbagi foto dan media, dan fungsi-fungsi lainnya.
Browsing atau berselancar di dalam internet juga merupakan kenikmatan tersendiri meskipun kadang-kadang bisa membuat lupa waktu. Banyak informasi di internet yang bisa kita manfaatkan, misalnya untuk membuat tugas sekolah, menyiapkan masakan dengan resep tertentu, mencari info hotel dan restoran, dan sebagainya.
Bermain game juga bisa dilakukan lewat internet. Mulai dari game untuk anak-anak hingga yang ditujukan kepada gamer profesional. Dari game yang hanya berfungsi untuk menghibur hingga game yang merangsang otak untuk berpikir. Semuanya tersedia di dalam jaringan internet mulai dari yang gratis hingga yang berbayar. Karena saya bukan maniak game, saya tidak tahu banyak tentang permainan di dunia maya secara lengkap. Namun, bahwa bermain game melalui jaringan internet itu mengasyikkan jelas saya tidak memungkirinya.
Menonton film atau video di internet? Siapa bilang tidak bisa? Dengan kemajuan teknologi database, datang era mesin pencari video Youtube yang masih terus merajai dunia internet hingga saat ini. Kehadiran Youtube memang sedikit banyak mengubah cara kita menyimpan dan mencari informasi. Jika sebelumnya hanya berupa teks atau gambar saja, kini bisa dalam bentuk audiovisual. Banyak hal di dalam dunia hiburan yang berubah dengan kehadiran Youtube, misalnya ada beberapa artis dadakan yang ngetop lantaran memuatnaikkan tampilannya ke situs tersebut dan ditonton jutaan orang di seluruh dunia. Untuk menyebut beberapa contoh, mereka misalnya adalah Andy McKee, Liam Kyle Sullivan, dan Marie Digby. Beberapa perusahaan film besar pun kini menggunakan situs ini untuk mempromosikan film terbarunya dengan memasang trailer-nya.
Berjualan lewat internet sekarang juga bukan monopoli perusahaan besar. Jika pada awal perkembangan internet hanya perusahaan bermodal cukup yang mampu menggunakan internet untuk menopang usahanya, kini bahkan individu pun bisa berjualan lewat internet. Kita memang bisa berbelanja lewat internet, namun kita juga berjualan lewat media yang sama dengan bermunculannya situs auction semacam ebay, yahoo auction, dan lain-lain. Dalam perkembangannya, berjualan juga bisa dilakukan lewat situs jejaring sosial yang kini menjamur.
Ya, tiba masanya situs jejaring sosial merambah internet pada penghujung dekade 1990-an dan berkembang meluas pada awal abad ini. Seketika saya pun menjadi salah satu pegiat di dalamnya! Diawali dengan Friendster yang mulai populer di Indonesia tiga empat tahun silam, kini keseharian saya pun tenggelam ke dalam dunia jejaring sosial Facebook dan Twitter—dua jejaring sosial terkemuka di dunia dan di Indonesia. Facebook mampu mendekatkan kembali silaturahmi yang telah lama putus lantaran jarak dan kesibukan. Akibatnya, banyak reuni berlangsung lantaran Facebook!
Meskipun demikian, get online atau terhubung dengan jaringan internet juga bisa mendatangkan kemudharatan. Akibatnya, pemerintah pun merasa perlu menerbitkan regulasi untuk mengaturnya; bahkan sebagian masyarakat kadang-kadang bereaksi negatif dengan menabukan atau mengharamkan situs-situs tertentu. Dunia virtual di dalam internet kini memang seperti menjadi representasi dari kehidupan itu sendiri. Ada sisi gelapnya, ada sisi terangnya. Semuanya bergantung kepada kita untuk menggunakannya: menggunakan hidup kita untuk kebaikan atau keburukan adalah sama dan sebangun dengan menggunakan internet untuk manfaat atau kemudharatan.
Komentar Terbaru